DR. AMAN: KESADARAN SEJARAH PARA PEMIMPIN MASIH RENDAH

Rendahnya kesadaran para pemimpin di Indonesia, mengakibatkan mereka sering tidak bijaksana dalam menerapkan kebijakan.  Pemaksanaan pengurangan peran Sultan dan Pakualam dalam RUU Keistimewaan DIY yang akan diajukan pemerintah membuktikan rendahnya pemahaman dan kesadaran sejarah para pemimpin RI. Rendahnya kesadaran sejarah  para pemimpin, salah satunya disebabkan kesalahan metode pembelajaran dan evaluasi pembelajaran sejarah yang selama ini dilakukan oleh guru. Pembelajaran sejarah yang miskin metode, evaluasi hanya mengedepankan hapalan menyebabkan pembelajaran sejarah kurang bermakna. Hal ini berdampak langsung dalam membentuk karakter peserta didik hingga mereka menjadi pemimpin. Demikian diungkapkan Aman saat mempertahankan disertasi dalam ujian terbuka  Program Studi Evaluasi Pendidikan Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta Jumat (31/12) di Ruang Ujian Terbuka Gedung Pasca Sarjana UNY. Ujian diketuai Prof. Soenarto, Ph.D, dengan penguji utama Prof. Zamroni, Ph.D.  promotor Prof Dr Husain Haikal MA, dan Prof Dr Djoko Suryo. Aman berhasil mempertahankan di hadapan dewan penguji dengan nilai sangat memuaskan.

Ditegaskan Aman, untuk menumbuhkan kesadaran sejarah para peserta didik sebagai calon pemimpin bangsa, maka pembelajaran sejarah harus dilaksanakan secara bermakna. Keberhasilan pembelajaran sejarah bukan sekedar ditentukan seberapa banyak fakta yang dapat dihafal peserta didik, tetapi bagaimana pembelajaran sejarah berpengaruh pada pola pikir dan karakter peserta didik. Salah satu bagian penting dalam menopang keberhasilan pembelajaran sejarah adalah model evaluasi yang diterapkan. Idealnya evaluasi pembelajaran sejarah mampu memberi informasi tepat dan  akurat sehingga menghasilkan program bermakna. Hal inilah yang mendorong Aman melakukan penelitian pengembangan dengan judul “Model Pengembangan Evaluasi Pembelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas”.

Penelitian yang dilakukan di Kota Yogyakarta dan Klaten  tersebu menghasilkan kesimpulan bahwa Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah (EPS) memiliki dua komponen evaluasi program yakni kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran. Model EPS yang ditemukan dalam disertasi Aman memiliki  kelebihan yakni tidak tergantung pada pendekatan pembelajaran tertentu, komprehenship, terbuka, dan efektif.

Keberhasilan Aman meraih gelar doktor Pasca Sarjana UNY disambut gembira khususnya oleh Program Studi Pendidikan Sejarah. Dekan FISE UNY Sardiman AM dan Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Terry Irenewati, M.Hum, yang hadir dalam ujian terbuka mengungkapkan kebanggaannya karena Program Studi Pendidikan Sejarah telah beberapa tahun belum menghasilkan doktor. “Kita yakin Prodi Pendidikan Sejarah akan semakin berkembang dengan bertambahnya satu doktor. Saya berharap hal ini akan memotivasi tenaga pengajar lain” tegas Sardiman. (MR SPD/ls)